Kala Cintamu Semakin Pudar Sedangkan Cintaku Kian Membara
Perpisahan kala itu, masih saja jelas teringat dalam benakku. Kau
yang kala itu masih dengan hangatnya memelukku saat sedang menangis. Kau
yang dengan ramahnya selalu menyapa, memberikan senyummu, dan
memberikan kecupan di pagi hari.
Namun kini. Seakan
kau berubah tidak seperti yang pernah aku kenal. Kau seakan tidak
bersahabat, dan tidak ada kehangatan dalam dirimu. Aku kehilangan
dirimu. Sungguh, seakan aku tidak tau dirimu yang sekarang. Kau begitu
dingin.
Sad Via pexel.com |
Apakah ketakutanku mulai terungkapkan?
Bagaimana jarak akan benar-benar menghapus semua tentang kita? Apakah
kau akan benar-benar akan menghilang dari diriku? Tidak
kah kau tau? Aku merasa terlalu cepat ketika kau menghapus semua kisah
itu, sedangkan aku di sini masih belum bisa memadamkan perasaan ini.
Masih bergumul dengan kenangan-kenangan kita yang tersimpan dalam ponsel
dan barang-barang pemberianmu. Bahkan aku merasa perasaan ini semakin
hari semakin menjadi. Aku semakin menggilaimu bahkan seakan tidak peduli
betapa kini kau membenciku.
Aku selalu berusaha untuk tetap memberimu kabar melalui pesan-pesan
yang aku kirim. Kau tau kenapa? Karena sampai saat ini aku masih belum
bisa menghilangkan kebiasaan itu. Aku tau ketika kau sedang online di media sosialmu. Tapi aku tak cukup berani menyapamu. Untuk bisa chatting denganmu
saja aku perlu menunggu berhari-hari seperti biasanya ketika kita masih
bersama. Namun, kali ini lebih jahat rasanya. Rinduku kau acuhkan
begitu saja. Seakan benar-benar tidak peduli. Rasamu sudah hilang kah?
Atau ini caramu untuk menghilang?
Ya, terkadang aku
lupa. Saat ini aku siapa memintamu untuk memberiku kabar seperti dulu?
Apakah perpisahan bagimu selalu seperti ini? Berpisah, menjauh, dan
tidak mengenal sama sekali. Apakah harus begitu? Katamu kau tidak akan
pergi begitu saja? Katamu kau akan tetap memberiku kabar karena kau
anggap aku adikmu? Lalu sekarang?
Berulang-ulang kau
hanya membaca pesan yang aku kirimkan. Berulang-ulang pula kau tidak
membalasnya. Ya, begini rasanya mencintai dalam diam. Tak bisa berbuat
banyak. Tak bisa mengharapkan kau memiliki rasa yang sama ketika aku
rindu. Aku tidak akan memaksamu ketika aku rindu, kaupun harus
merinduku. Ketika rasaku semakin berkobar, sedangkan kau telah
memadamkannya. Bantu aku untuk memadamkan ini jika kau benar-benar sudah
tak ingin bersama. Rasanya sakit ketika hanya mencintai sepihak tanpa
dipedulikan. Namun, bila kau masih ingin kita untuk bersama, biarkan aku
memperjuangkanmu.
0 Response to "Kala Cintamu Semakin Pudar Sedangkan Cintaku Kian Membara"
Post a Comment