Nyonya, Aku Bertahan Bukan Karena Tak Ingin Pergi.
Matahari masih bersinar dengan secercak senyuman yang menawan, masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Dia tak pernah ingkar janji, tak pernah terlambat dan tak pernah berpaling. Berbeda dengan dirimu, yang selalu memberi luka di dalam hatiku.
Luka yang kamu berikan seolah suatu kewajiban yang harus kamu tunaikan. Tak puas kah dirimu melukai aku yang selalu mencintaimu, rela mati untuk mu dan selalu ada untuk kamu. Kadang terlintas dipikiranku, apakah sebenarnya kamu sedang mempermainkanku atau memang itu lah cara mu untuk mengakhiri semuanya.
Nyonya, kamu yang dulu memang indah dan menawan, sifatmu mencerminkan dirimu yang berakhlak mulia sehingga mampu menghipnotisku untuk selalu mencintaimu dan mengangumi. Nyonya, kemanakah sifat yang dulu kamu tunjukkan atau itu hanya sebuah drama yang kamu lakukan untuk membuat pria bertekuk lutut padamu.
Baca Juga :
Ah sudahlah, biarkan aku saja yang merasakan semua sakit yang kamu berikan, jangan ada pria lain yang merasakannya. Aku sudah iklas menerima semua rasa sakit yang terlanjur menusuk ulu hati. Dan kelak, jika aku pergi dan telah berdamai dengan diriku, kuharap kamu bisa berubah dengan pria yang mampu membuatmu bertekuk lutut jua.
0 Response to "Nyonya, Aku Bertahan Bukan Karena Tak Ingin Pergi. "
Post a Comment